10 Perspektif Keilmuan

10 Perspektif Keilmuan

Oleh: Prof. Dr. Irwan Abdullah

 

Ada banyak gejala sosial yang bisa kita amati, ada banyak fenomena yang menarik untuk diteliti. Tapi persoalan pokoknya adalah bagaimana kita menelitinya, bagaimana kita mendekatinya. Ini adalah menyangkut sudut pandang, dalam bahasa lain disebut perspektif, di mana kita berdiri dan menganalisis fenomena tersebut. Kemampuan kita membaca fenomena, menginterpretasikannya untuk mendapatkan makna-makna bahkan untuk menemukan wisdom dari suatu fenomena sangat dipengaruhi oleh perspektif.

Berikut ini 10 perspektif sebagai bekal kita untuk analisis sosial. Perspektif-perspektif ini dapat kita gunakan secara terpisah untuk membaca fenomena secara lebih tajam.

1.    Place

Perspektif yang pertama adalah place, itu soal tempat. Tidak ada fenomena yang terlepas dari tempat selalu kita bicara the place of birth, orang selalu bertanya tentang tempat lahir. Tempat sesuatu terjadi, tempat sesuatu yang dituju, selalu menyangkut tempat, ruang hidup. Adanya suatu agama, tempat. Adanya suatu peristiwa dan sebagainya. Place ini bisa juga menyangkut misplace, displace. Seperti misalnya displace person. Orang-orang yang hidup dipengungsian itu disebut displace person. Jadi, tempat itu sangat mendasar.

Jika kita membaca, memandang suatu fenomena itu tidak bisa kita lepaskan dari tempat. Karena tempat itu juga nanti akan menunjukkan ruang, ruang sosial, ruang politik, sampai pada suasana, ini merupakan suatu perspektif yang pertama.

2.    Border

Dalam hidup kita segala sesuatu ada batas. Gender ada batas yang dalam Islam disebut muhrim, mahram. Itu adalah batas antara laki-laki dan perempuan. Batas itu antara anak-anak dan orang tua. Ada batas di mana orang tua memperlakukan anaknya, dan begitu pula sebaliknya. Tidak boleh tanpa batas karena segala sesuatu itu ada batasnya, seperti batas rumah, batas tanah, ini adalah masalah mendasar, karena masalah batas ini dapat membuat konflik, bisa menyebabkan perpecahan. Batas negara, bukan hanya batas kampung, Laut Cina Selatan (Laut Latuna Utara) adalah biang antara kita dengan Cina karena itu menyangkut batas, segala sesuatu secara moralitas juga ada batasnya. Yang menarik adalah ketika kita pergi ke suatu wilayah ada gapura, gapura besar yang bertuliskan selamat tinggal, selamat jalan, Anda memasuki Kabupaten X, dll. Yang semakin menarik lagi kita semakin kuat membuat batas-batas. Dahulu hanya sebatas pada batas kampung. Seiring berjalannya waktu, kita menemukan batas dusun. Ini menarik untuk melihat kehidupan sosial, budaya, agama, politik itu berkembang dengan melihat pergeseran-pergeseran batas itu.

3.    Relation

Inti dari persoalan hidup manusia ada relasi, kita bicara perkawinan, kita bicara hubungan persaudaraan, anak-orang tua, suami istri, ketetanggaan. Relasi antar daerah, relasi berdasarkan hobi, dll. Relasi ini memperlihatkan bagaimana segala sesuatu itu, terhubung, tertata dan bagaimana segala sesuatu itu terputus, terlepas. Banyak hal yang berhubungan dengan relasi, seperti bunuh diri, perceraian, kenakalan remaja, kita berbicara tentang relasi yang terputus antara orang tua dan anak, antar generasi. Terputus dalam artian nilai-nilai kultural yang tidak berlanjut, diskontinuitas dari nilai-nilai itu adalah persoalan relasi. Relasi ini adalah salah satu yang mendasar yang dapat kita lihat.

4.    Structure

Struktur ini menata dan mengaskan siapa dan harus apa, inilah yang kadang-kadang disebut kita hidup dalam suatu struktur sosial, itu artinya yang menata hak dan kewajiban seseorang di dalam suatu masyarakat. Ada hierarki, ada pengelompokkan, di dalamnya ada nilai-nilai yang dipertukarkan di dalam satu struktur. Struktur itu sangat kuat pengaruhnya dalam kehidupan manusia karena dia menstruktur kehidupan kita: menstrukturkan kehidupan kita sehari-hari, menstrukturkan kehidupan dari pagi hari dari jam berapa kita bangun, kemudian melakukan apa, pergi beraktivitas, kemudian sampai nanti makan, tidur dan sebagainya, itu bagian dari struktur, kehidupan kita ini distrukturkan. Berbagai hal punya peran dalam menstrukturkan kehidupan kita, seperti keyakinan, etnisitas, itu mempunyai kekuatan untuk menstrukturkan hidup kita.

5.    Power

Ini salah satu yang tidak bisa kita lepaskan dari setiap fenomena karena sesuatu itu dibangun atau dibentuk dari suatu power struktur, suatu struktur kuasa, relasi kuasa. Contohnya dapat dilihat pada kesenian, kesenian yang terbentuk pada masa lalu dibentuk dari pengaruh kerajaan, kesenian yang dilihat sekarang sudah berbeda sekali karena konteks kekuasaannya berbeda. Kita tahu bahwa kehidupan demokrasi pada masa orde baru itu berbeda sekali dengan demokrasi pada masa reformasi. Itulah kekuatan dari power. Power central, dulu kehidupan kita diatur oleh pusat-pusat budaya, seperti kraton. Agama di Bali itu diatur oleh pura. Dalam sejarah kita juga tahu bahwa Kristen diatur oleh gereja, tapi seiring berjalannya waktu dengan lahirnya negara modern, state-lah yang menstrukturkan, kemudian ialah yang menstrukturkan kehidupan itu berlangsung. Sekarang power-nya market. Kurikulum diperguruan tinggi pun sekarang market driven. Hidup kita market driven karena sekarang power-nya pada market.

6.    Resource

Resource atau kapital. Resource yang dipertukarkan, yang dicari. Ini yang melahirkan konflik, yang melahirkan dinamika kehidupan. Kita lihat banyak studi tentang scarcity of resource (kelangkaan sumber daya). Resource yang mulai langka kemudian diperebutkan. Daerah-daerah resource kemudian dijadikan daerah tujuan. Contohnya seperti kota, orang-orang menuju kota dan meninggalkan desa karena dianggap mudah mendapatkan resource. Ketika di Kalimantan mudah mencari sumber daya alam dan mudah untuk mendapatkan uang, orang-orang ke Kalimantan, pasar dan power center juga di sana.

7.    Change

Kita selalu bicara social change/transformation. Konsep-konsep perubahan seperti evolusi dan revolusi. Konsep perubahan ini juga salah satu yang terpenting untuk digali. Melihat sesuatu tidak dengan cara yang statis, tapi dengan cara yang dinamis. Dinamis atau dinamika ini tidak bisa kita lepaskan, karena sesuatu ini akan berubah terus, tidak bisa mengasumsikan sesuatu dengan sesuatu yang tepat.

8.    Time

Segala sesuatu yang kita bicarakan itu harus dilihat dalam konteks waktu: masa lalu, masa kini, dan masa depan. Sesuatu yang berlaku pada masa lalu belum tentu berlaku pada masa kini, begitu pula pada masa depan. Ini yang perlihatkan bahwa segala sesuatu itu bersifat dinamis dan aspek dinamis seperti perubahan itu sangat penting. Mendudukkan sesuatu pada dimensi waktu itu juga menjelaskan kepada kita yang berlaku pada masa-masa tertentu. Waktu itu seperti sejarah: sejarah masa lalu, masa kini. Hari ini sebenarnya adalah proses untuk memproduksi sejarah, sejarah masa depan, di mana di masa depan kita akan memiliki sejarah, proses produksi adalah hari ini. Waktu itu dapat juga memperlihatkan orientasi dari masyarakat, banyak masyarakat yang tidak mementingkan masa lalu dan masa depan, tapi masa kini. Ada juga masyarakat yang menganggap jauh lebih penting depan daripada hari ini. Hidup hari ini untuk masa depan. Waktu itu sesungguhnya menjelaskan salah satu orientasi dari masyarakat yang perlu kita bangun.

9.    Actor

Aktor ini yang ikut mengubah sejarah, yang menjadi driven post dalam suatu perubahan. Aktor dengan karakteristik tertentu seperti aktor beragama, berpolitik, kultural, itu memiliki peranan penting dalam proses kehidupan.

10. Infrastructure

Kita hidup dalam perkembangan infrastruktur yang terus terjadi. Perspektif infrastruktur ini bisa kita akomodasikan supaya kita lebih paham. Mengapa terjadi banyak pengangguran? Karena pada tahun 80’an pengertian infrastruktur itu artinya masuknya teknologi. Teknologi sebagai infrastruktur yang mengubah pola, pengelolaan manajemen pertanian, yang dulunya memakai tenaga kerja manusia kemudian berubah menjadi mesin. Teknologi yang membuat pengurangan jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pertanian yang dikurangi secara drastis. Timbul masalah pengangguran, eksodus (exoduce: meninggalkan tempat asal), meninggalkan orang-orang desa untuk mencari pekerjaaan karena teknologi mengakibatkan berkurangnya lapangan pekerjaan. Ini contoh bagaimana infrastruktur mendefinisikan hidup kita, mengubah hidup kita. Sekarang infrastrukturnya media, tentu saja infrastruktur telekomunikasi. Cara kita berkomunikasi hari ini begitu efisien karena bisa menjangkau komunikasi yang luas. Menghadirkan masa lalu melalui Whatsapp Group melalui sosial media. Infrastruktur media sekarang ini setelah mengubah hidup manusia, menata ulang hidup manusia dan yang menarik keyakinan-keyakinan kita terhadap sesuatu pun dapat berubah. Ini memperlihatkan jika kita memakai perspektif infrastruktur sosial media, kita bisa melihat banyak hal tentang konsepsi-konsepsi lapangan kita itu mengalami perubahan. Konsep keluarga, konsep keluarga masa lalu dan masa sekarang yang dipengaruhi oleh new media dengan komunikasi yang menggunakan cell phone dengan menggunakan Whatsapp, menggunakan Telegram dsb. Ini mengakomodasikan banyak orang membuat komunikasi lebih cepat, efisien, dan juga menghilang hal-hal yang lama. Hubungan-hubungan lama yang kita miliki antar keluarga, antar teman dan sebagainya juga mengalami perubahan. Infrastruktur itu juga melakukan instrumentalisasi kehidupan kita ini, segala hal yang dulu kita lakukan secara personal mengalami mediatisasi dalam pengertian instrumentalisasi, berhubungan kita menggunakan instrumen. Belajar tidak langsung pada guru tetapi melalui instrumen (online), seperti yang kita alami sekarang ini.

Perspektif-perspektif yang sudah kita bicarakan ini dapat mendefinisikan manusia dan munusia. Memiliki kekuatan untuk menghadirkan nilai-nilai baru, moralitas baru dalam kehidupan dan dia juga menata kehidupan kita dalam social practice yang baru. Segala sesuatu jadi bersifat konsepstatik, bukan lagi sebagai sesuatu kenyataan yang diterima. Tapi kenyataan hari ini diperbincangkan dan dipertanyakan di mana kebenaran tidak lagi diterima tetapi kebenaran dicari karena kebenaran tidak lagi bersifat tunggal, kebenaran pun memiliki sifat-sifat yang mejemuk karena setiap orang, setiap konteks, setiap waktu memiliki kebenaran-kebenaranya sendiri-sendiri.

 

 

 


Komentar